Sosok Fatimah binti Abbas, Cendekiawan Muslimah di Timur Tengah yang Rendah Hati

SAHABAT SURGA.NET|JAKARTA- Sosok Fatimah binti Abbas mungkin belum terlalu populer di kalangan umat muslim Tanah Air. Namun, rihlah intelektual dan spiritualnya menjadi panutan banyak muslimah di Timur Tengah.
Nama lengkap ulama perempuan yang satu ini adalah Fatimah binti Abbas bin Abil Fatah bin Muhammad al-Baghdadiyah al-Qahirah al-Mishriyah. Lahir dan besar di Kota Baghdad, kota terbesar di Timur Tengah setelah Kairo.
Syekhah Fatimah binti Abbas dikenal lantaran sikap rendah hatinya sebagai cendekiawan muslimah yang populer pada zamannya, yakni sekitar tahun 700-an Hijriah.
Dikutip dari NU Online, Syekh Salahuddin as-Shafadi dalam salah satu kitabnya pernah mengungkap sejarah cendekiawan muslimah hebat ini.
Dalam kitabnya disebutkan bahwa ia tidak sebatas menjadi wanita pengajar, lebih dari itu juga ahli ceramah di atas mimbar.
كَانَتْ تَصْعُدُ الْمِنْبَرَ وَتَعِظُ النِّسَاءَ، فَيُنِيْبُ لِوَعْظِهَا، وَانْتَفَعَ بِوَعْظِهَا جَمَاعَةٌ مِنَ النِّسْوَةِ، وَرَقَّتْ قُلُوْبَهُنَّ لِلطَّاعَةِ بَعْدَ الْقَسْوَةِ
Artinya, “(Syekhah Fatimah) adalah wanita yang menaiki mimbar, memberi nasihat pada wanita, maka tumbuh (takwa) karena nasihatnya, para jamaah wanita mengambil manfaat dengan nasihatnya, bahkan hati mereka menjadi lunak untuk melakukan ketaatan setelah sebelumnya keras.”(Shalahuddin as-Shafadi, A’yanu al-‘Ushr wa A’wanu an-Nashr, [Beirut, Darul Fikr: 1998], juz II, halaman 170).
Keyakinannya sejak dahulu, bahwa wanita juga memiliki peran di balik perkembangan Islam benar-benar terwujud. Ia memiliki banyak peluang sebagai perantara untuk mengembalikan hakikat ketakwaan seseorang.
Bahkan, ceramahnya mampu memberikan semangat baru bagi mereka yang mendengarkannya untuk semakin taat dalam menjalankan perintah. Semua itu tentunya ia dapatkan tidak dengan duduk santai tanpa rintangan yang berat.
Dalam mencari ilmu, Syekhah Fatimah binti Abbas selalu berusaha untuk bisa paham suatu pelajaran dengan sempurna dan mendalam. Oleh karenanya, ia paham betul ilmu tentang fiqih serta cabang-cabangnya
كَانَتْ تَدْرِي الْفِقْهَ وَغَوَامِضَهُ اَلدَّقِيْقَة، وَمَسَائِلَهُ اَلْعَوِيْصَةَ، اَلَّتِي تَدُوْرُ مَبَاحِثُهَا بَيْنَ الْمَجَازِ وَالْحَقِيْقَةِ
Artinya, “(Fatimah) mengetahui (memahami) fiqih serta cabang-cabangnya yang dalam, serta permasalahannya yang rumit, yang pembahasannya berputar di antara majaz dan hakikat.” (as-Shafadi, 1998 M: II/170).
Demikian penggambaran sosok Syekhah Fatimah binti Abbas. Ia sangat dicintai oleh umat Islam saat itu.
Banyak wanita dari kota-kota luar Kairo yang datang berbondong-bondong hanya untuk menimba ilmu kepadanya. Bahkan, setiap majlis yang dihadiri olehnya akan selalu dipenuhi dengan ribuan jamaah untuk menimba nasihat darinya.
Tepat pada tahun 714 Hijriah, Syekhah Fatimah mengembuskan nafas terakhir di kota Kairo. Ia wafat bersamaan dengan hari Arafah, yaitu hari kesembilan pada bulan Dzulhijjah dan merupakan hari kedua dalam ibadah haji. (Nur)