A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property 'country_name' of non-object

Filename: controllers/Main.php

Line Number: 848

Backtrace:

File: /data/wwwroot/apublic/modules/public/main/controllers/Main.php
Line: 848
Function: _error_handler

File: /data/wwwroot/apublic/modules/public/main/controllers/Main.php
Line: 671
Function: counter

File: /data/wwwroot/index.php
Line: 328
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property 'ip' of non-object

Filename: controllers/Main.php

Line Number: 849

Backtrace:

File: /data/wwwroot/apublic/modules/public/main/controllers/Main.php
Line: 849
Function: _error_handler

File: /data/wwwroot/apublic/modules/public/main/controllers/Main.php
Line: 671
Function: counter

File: /data/wwwroot/index.php
Line: 328
Function: require_once

Twitter Jadi Medsos Paling Sering Digunakan Kampanye Islamofobia

Twitter Jadi Medsos Paling Sering Digunakan Kampanye Islamofobia


Perusahaan Twitter dinilai harus memiliki tanggung jawab moral untuk meredam kampanye Islamofobia dan antimuslim. (Foto: Twitter)
Perusahaan Twitter dinilai harus memiliki tanggung jawab moral untuk meredam kampanye Islamofobia dan antimuslim. (Foto: Twitter)
SAHABATSURGA.NET | JAKARTA - Pelantar Twitter menjadi wadah media sosial yang paling sering dimanfaatkan orang-orang untuk mengampanyekan sentimen antimuslim dan Islamofobia.

Hal ini berdasarkan pada laporan komunitas Muslim di negara bagian Victoria, Australia, Dewan Islam Victoria, yang mewakili sekitar 270 ribu anggotanya. 

Laporan itu mengatakan, berdasarkan penelitian yang diterbitkan Turkish Radio and Television Corporation (TRT) menyebutkan, pengguna media sosial dari India, Amerika Serikat, dan Inggris menghasilkan 86 persen konten berbahaya antara 2017-2019. 

"Yang isinya tentang kebencian secara online yang menyebabkan serangan fisik baik kepada kaum Muslim dan juga masjid," kata laporan itu, dikutip dari Republika.co.id, Selasa (21/9/2022).

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun lalu mendorong masyarakat internasional untuk mengambil tindakan untuk memerangi diskriminasi terhadap Muslim. 

Selain itu PBB juga melarang advokasi kebencian agama yang menjadi bagian dari hasutan untuk melakukan kekerasan. PBB memperingatkan kebencian terhadap Muslim telah mencapai proporsi epidemi.

"Perusahaan media sosial tidak mengindahkan masalah serius seperti itu, meskipun peristiwa kebencian berulang kali disaksikan di berbagai negara," ujar laporan itu.

Menurut laporan Dewan Islam Victoria, kelambanan ini berdampak buruk pada komunitas minoritas Muslim di seluruh dunia, dan situs microblogging Twitter bertanggung jawab sebagai sumber utama proliferasi dan amplifikasi kebencian terhadap Muslim.

Lembaga itu melanjutkan, perusahaan media sosial sekarang harus memusatkan perhatianna pada perilaku pengguna di tiga negara khususnya Amerika Serikat, Inggris, dan India yang menyumbang 86 persen konten antimuslim di Twitter selama tiga tahun.

"Hampir empat juta unggahan antimuslim yang dibuat selama periode 24 bulan antara tahun 2017 dan 2019," kata Dewan Muslim Victoria.

Salah satu contoh kampanya sentimen antimuslim dan Islamofobia pernah terjadi di India ketika partai politik berkuasa di sana melalui pejabat terasnya mengampanyekan kebencian terhadap umat Islam dan juga penghinaan kepada junjungan kaum Muslimin yaitu Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam.

Akibatnya banyak simpatisan partai tersebut yang kemudian melancarkan penyerangan secara fisik, tidak hanya kepada kaum Muslimin baik laki-laki ataupun perempuan dan juga tempat-tempat ibadah umat Islam.