Kyai Ageng Khasan Besari di Tegalsari Ponorogo
Oleh: M. Dwi Cahyono
Sabtu Malam, 26 Juni 2021 kemarin, sepulang dari pertemuan Pegiat Seni-Budaya seLingkar Wilis, dalam perjalanan kembali ke Tulung Agung kami berempat sengaja singgah untuk menziarahi : (1) masjid-makam, dan (2) eks rumah tinggal Alm. Kyai Ageng Muhammad Besari atau lebih populer dengan Khasan Besari di Tegalsari Kecamatan Jetis sub-area selatan Kabupaten Ponorogo. Kendati kami tidak dapat memasuki areal cungkup pusara Kyai Besari yang untuk sementara ada ketentuan tidak bisa diziarahi lantaran ada peningkatan Pandemi Covid-19, namun kami lega dan bangga telah mengunjungi masjid heritage beratap tumpang (meru) dengan bahan kayu dan rumah tinggal alm. Kyai Khasan Besari serta gapura makam Beliau yang hingga kini masih terbilang lestari.
Terlebih bagi saya, kunjungan ini seakan menapaktilasi tempat yang sangat penting, dimana Alm. Mbah Buyut saya, yakni Mbah Mobin (menantu Kyai Khasan Syuhada’ di Desa Plandaan) dan adiknya, yang paruh kedua tahun 1800-an pernah lama “mondok” Pesantren Gerbang Tinatar Tegalsari, yakni salah sebuah “pesantren bersejarah” di Bhumi Jawa, yang didirikan Kyai Ageng Khasan Besari pada permulaan tahun 1700-an. Apabila di sub-kawasan pesisiran pada Pantura Jawa Timur tercatat peran pesantren Ampel, Giri, Drajat dan Tuban, maka sub-area selatan Jawa Timur tercatat peran aktif pesantren Gerbang Tinatar di Tegalsari yang berjasa dalam menyiapkan kader-kader militan dalam mensiarkan agama dan budaya Islam di Jawa Timur. Suatu gambaran mengenai wujud Islamisasi dari dan ke “pedalaman” jawa kala itu.
Baca Juga: Istimewanya Hari Jumat, Ibarat Haji Bagi Kaum Fakir
Pesantren Gerbang Tinatar di Tegalsari yang berjasa dalam menyiapkan kader-kader militan dalam mensiarkan agama dan budaya Islam di Jawa Timur. Suatu gambaran mengenai wujud Islamisasi dari dan ke “pedalaman” jawa kala itu.
Dok. Desa Religi Tegalsari
Pesantren yang banyak mencetak para “santri pionir” yang berjasa dalam mensiarkan Islam dan ajaran budi luhur ke sub-area selatan Jawa Timur, khususnya pada “Tlatah Mentaraman”. Pada pesantren ini pula lah konon sastrawan tersohor – dengan nama muda “Bagus Burhan” dan populer dengan “R.Ng. Ronggowarsito” (th. 1802-1873) pernah pula menuntut ilmu. Beliau adalah pelopor pembaharuan sastra Jawa klasik. Dalam perjalanan sejarahnya, Khasan Besari beserta sanak keturunannya berjasa mencetak para santri pesiar Islam pada sub-area Selatan Jawa Timur. Pesantren ini konsisten menolak Kolonialisme VOC dan Hindia-Belanda. Mereka itu layak menjadi “tokoh-tokoh inspirator” bagi kami dan kita semua.
Kyai Ageng Muhammad Besari (Khasan Besari) dan segenap santri Alumni Pesantren Gerbang Tinatar Tegalsari turut berjasa dalam memberi perlindungan Pakubuwana II yang pada.
Baca Juga: Teladan Masa Remaja Nabi Muhammad, Seorang Pebisnis Sukses
konflik politik internal di Kasultanan Mataram yang – yang bersamaan waktu dengan “Geger Pacino” alias “Chinase Affair” pada Oktober s.d. 22 Oktober 1740 – berbagai pertempuran kecil terjadi s.d. hingga akhir November di tahun yang sama – terusir dari kedatonnya di Kartasura dan pada akhirnya mengungsi.
(eksodus) ke Pesantren Gerbang Tinatar Tegalsari. Mereka juga ikut berjasa mengembalikan Pakubuwana II ke tahtanya dan turut serta mendirikan Kedaton baru Mataram di Surakarta sebagai pengganti dari kedaton Kartasura.
Dok. Desa Religi Tegalsari
Kejuangan dan kontribusi pesantren Gerbang Tinatar beserta jejaringnya dengan pesantren-pesantren lain pada penjuru daerah di Jawa Timur yang didirikan oleh para santri Alumnus Tegalsaren kala itu merupakan kekuatan besar di Bhumi Jawa. Suatu jaringan “sosio-religis” dilingkungan kepesantrenan Jawa masa lampau. Turut di dalam jejaring itu adalah pesantren di Tawangsari pada DAS Ngrowo, yang lantaran peristiwa tersebut mendapat anugerah (wara-nugraha), yang berupa status “Desa Perdikan (semacam “sima” di masa Hindu-Buddha, yang keberadaan diperhitungkan oleh para penguasa kerajaan.
Baca Juga: Kisah Masa Remaja Rasulullah, Seorang Diplomat dan Negosiator Handal
Semoga peziarahan kami pada kemarin malam memberi tambahan spirit bagi kami untuk menjadi penggiat dan sekaligus penggerak seni-budaya Nusantara. Pentinglah pula bagi anda sekalian, khusus keturunan keluarga maupun keturunan para Alumni Tegalsaren buat menziarahi pesantren Gerbang Tinatar Tegalsari yang menyejarah dan kontributif ini. (Fnd)