Maka sebaiknya ucapkan alhamdulillah, semoga Allah ta’ala memberikan keistiqomahan untuk terus menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah di setiap keadaan.
Seseorang yang baru serius mendalami ilmu agama, pertama ia harus belajar dari guru, bukan otodidak. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan: “Saya sarankan kepada para penuntut ilmu untuk memilih guru yang dipercaya ilmunya, terpercaya amalnya, terpercaya agamanya, lurus akidahnya, lurus manhajnya. Jika ia diberi taufik untuk belajar kepada guru yang lurus, maka ia juga akan lurus. Namun jika Allah tidak memberi taufik demikian, maka ia juga akan menyimpang sebagaimana gurunya. Dan sudah maklum bahwa membaca langsung di hadapan guru itu lebih dekat kepada kebenaran dan lebih cepat dalam mendapatkan ilmu. Serta lebih selamat dari kesalahan. Oleh karena itu kita dapati orang yang sekedar membaca dari kitab, mereka terjatuh dalam kekeliruan-kekeliruan yang besar. Mereka tidak mendapatkan ilmu yang diinginkan, kecuali setelah melalui waktu yang lama. Namun dalam kondisi darurat, tidak mengapa sekedar membaca dari kitab atau mendengar dari rekaman, atau semisalnya. Dengan syarat kitab dan rekaman tersebut bersumber dari para ulama dan ustadz yang terpercaya ilmunya, agamanya dan manhajnya.” (Majmu’ al-Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 26/40)
Dan dalam memilih guru yang mengajarkan ilmu agama, wajib untuk selektif. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin di atas, pilih guru yang terpercaya ilmunya, ia mengamalkan ilmunya, terpercaya keshalihannya, lurus akidah, dan manhajnya. Muhammad bin Sirin rahimahullah mengatakan:
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
“Ilmu ini adalah bagian dari agama kalian, maka perhatikanlah baik-baik dari siapa kalian mengambil ilmu agama.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab dalam al-‘Ilal, 1/355)
Kemudian pelajarilah ilmu agama secara bertahap mulai dari yang paling mudah dan mendasar terlebih dahulu. Hindari pembahasan-pembahasan yang rumit dan sulit di awal belajar. Imam Ibnu Syihab az-Zuhri mengatakan:
ولا تأخذ العلم جملة ، فإن من رام اخذه جملة ذهب عنه جملة ، ولكن الشيء بعد الشيء
“Janganlah mengambil ilmu dengan sekaligus, karena barang siapa yang mengambil ilmu dengan sekaligus, maka akan hilang darinya sekaligus. Namun ambillah ilmu sedikit demi sedikit.” (Jami Bayanil Ilmi wa Fadhilih, 1/104)
Prioritas utama ilmu yang perlu dipelajari bagi orang yang baru hijrah atau bagi orang yang baru masuk Islam adalah sebagai berikut:
Untuk laki-laki:
- Belajar dasar-dasar tauhid (rukun iman, rukun Islam, makna syahadat, syarat dan rukun syahadat, pembagian tauhid, pembagian syirik, jenis-jenis ibadah, jenis-jenis syirik, dan kaidah-kaidah dasar tauhid dan syirik).
- Belajar fikih thaharah(wudhu, mandi, dan tayammum) dan fikih shalat.
- Belajar membaca al-Qur’an.
Untuk perempuan:
- Belajar dasar-dasar tauhid (rukun iman, rukun Islam, makna syahadat, syarat dan rukun syahadat, pembagian tauhid, pembagian syirik, jenis-jenis ibadah, jenis-jenis syirik, dan kaidah-kaidah dasar tauhid dan syirik).
- Belajar fikih thaharah(wudhu, mandi, dan tayammum) dan fikih shalat.
- Belajar membaca al-Qur’an.
- Belajar tentang fikih hijab syar’i.
Setelah poin-poin di atas sukses dijalani, baru ke tahapan selanjutnya dalam belajar ilmu. Seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushul fikih, ilmu musthalah hadits, sirah Nabawiyah, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.
Kemudian juga berusaha untuk menghafalkan al-Qur’anul Karim. Ibnu ‘Abdl Barr rahimahullah mengatakan:
طلب العلم درجات ورتب لا ينبغي تعديها، ومن تعداها جملة فقد تعدى سبيل السلف رحمهم الله، فأول العلم حفظ كتاب الله عز وجل وتفهمه
“Menuntut ilmu itu ada tahapan dan tingkatan yang harus dilalui, barang siapa yang melaluinya maka ia telah menempuh jalan salaf rahimahumullah. Dan ilmu yang paling pertama adalah menghafal kitabullah ‘azza wa jalla (al-Qur’an) dan memahaminya.”
Dan yang tidak kalah penting bagi orang yang baru hijrah adalah berusaha selektif dalam memilih teman dekat. Bertemanlah dengan teman-teman yang juga serius menjalankan tahapan-tahapan di atas. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Keadaan agama seseorang dilihat dari keadaan agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian lihat siapa teman dekatnya.” (HR. Tirmidzi no.2378, ia berkata: ‘hasan gharib’, dihasankan al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi)
Yang terakhir, banyak-banyaklah berdoa kepada Allah meminta hidayah dan keistiqomahan di atas hidayah. Karena Allah lah yang membolak-balik hati, hidayah ada di tangan-Nya, maka hendaknya kita banyak meminta kepada-Nya hidayah. Di antara doa yang Nabi ajarkan untuk meminta keistiqomahan adalah doa berikut:
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
/Allahumma mushorrifal quluub, shorrif quluubanaa ‘ala tho’atik/
“Ya Allah, yang membolak-balik hati. Tetapkanlah hati kami dalam ketaatan kepada-Mu.” (HR. Muslim no.2654)
Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi kita semua taufik dan hidayah. (Fnd)
***Oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom. ( https://konsultasisyariah.com/39889-apa-yang-harus-dipelajari-oleh-orang-yang-baru-hijrah.html )