Salat Tahajud yang disebut qiyamul lail ini merupakan salat sunnah yang paling utama setelah salat fardhu atau salat wajib. Dikutip dari HR. An Nasai, salat yang paling afdhol setelah salat fardhu adalah salat malam.
Melaksanakan salat tahajud begitu banyak fadhilah atau keutamaan bagi seseorang yang mengamalkannya. Tahajud memberikan kelapangan rezeki dan kebahagiaan seperti hadits Shahih yang bermakna:
Setan mengikatkan tiga ikatan pada tengkuk kepala setiap orang di antara kalian ketika tidur. Pada setiap tali, setan berseru (dengan bisikan halus) ‘lewatilah malam yang Panjang ini dan tidurlah!’ jika ia bangun karena ingat akan Allah, lepaskan satu ikatan. Jika kemudian ia berwudhu, lepaslah satu ikatan lagi. Jika kemudian ia salat maka lepaskan semua ikatan itu, sehingga pada paginya, ia akan giat bekerja (sehingga menjadi kaya) dan jiwanya baik (sehingga menjadi Bahagia). Jika ia tidak melakukan semua itu, maka pada paginya jiwanya akan tidak baik (sehingga tidak akan Bahagia) dan ia akan malas bekerja (sehingga tidak akan kaya).
Dalam hadits tersebut menunjukkan bahwasanya jika kita melakukan salat tahajud, maka kita menjadi kaya (karena giat bekerja) dan bahagia (karena berjiwa baik). Namun, tidak semata-mata kita yang mengerjakan salat tahajud lantas menjadi kaya atau bahagia. Tidak juga sedikit yang justru jatuh miskin dan kian sengsara walaupun sudah menjalankan salat tahajud.
Lantas, apa yang salah dari salat tahajud yang sering dijalani secara rutin? Mungkin jawabannya ada pada penilaian kita terhadap kualitas salat tahajud yang kita kerjakan.
Seperti dilansir lingkarkediri.pikiran-rakyat.com bahwa kita seringkali menganggap salat tahajud yang dijalankan sudah benar dan merasa sempurna. Harusnya, hal tersebut dijauhkan dari pikiran kita.
“sesungguhnya pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan salat (seutuhnya), padahal tidaklah tertulis baginya, kecuali setengah salat atau sepertiganya atau seperempatnya atau seperlimanya sampai sepersepuluhnya,” diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud.
Menegakkan salat dengan akal yang dimaknai salat cerdas merupakan syarat yang harus ditegakkan agar dapat melaksanakan salat secara optimal. Caranya yaitu mengerjakan salat dengan penuh kesadaran dan keyakinan, dengan kesadaran penuh artinya secara sadar ia mengerjakan salat dan tidak memikirkan hal lainnya.
Oleh karena itu, melakukan salat cerdas dapat meningkatkan keimanan kita terhadap Allah SWT. (sia/ahh)